TimorBerita, Kupang – Pemandangan situs bersejarah rumah Assistant Resident Timor yang terletak di samping gereja Kota Kupang sangat memprihatikan.
Gedung ini pernah menjadi kantor pemerintah namun sekarang menjadi tempat penyimpanan gerobak jualan.
Bahkan gedung ini pernah mau disewakan atau sudah disewakan kepada pihak swasta oleh Pemerintah Kabupaten Kupang, namun menimbulkan pertentangan sehingga tak tahu kelanjutannya.
Sekitar tahun 2016 pihak swasta yang menyewa telah melakukan perombakan sehingga sejumlah pihak keberatan. Saya termasuk salah satu yang datang untuk menghalangi alat berat yang telah menggali parit dan lokasi.
Memang sangat berbahaya jika gedung-gedung bersejarah seperti ini diserahkan kepada sembarangan orang yang tidak memahami nilai sejarahnya.
Sejenak kembali kepada sejarah, apakah “Assistant Resident” itu adalah istilah untuk orang nomor dua dalam kepemimpin kolonial di suatu daerah setingkat provinsi. Jadi semacam ” wakil gubernur”. Kalau ada assistant resident tentu ada Resident-nya.
Timor dan pulau-pulau lainnya yang kemudian menjadi propinsi NTT ini, dulunya adalah suatu residensi yang disebut Residensi Timor dan Pulau-Pulau Bawahannya (Resident van Timor en Onderhorigheden).
Residensi ini dipimpin oleh seorang Resident dan seorang wakil yang disebut Assistent Resident.
Para Pejabat VOC
Kalau kita ingin melihat sejarah pemerintahan Kolonial di Timor dan pulau-pulaunya ini, dibagi dalam dua tahap.
Tahapan yang pertama adalah masa VOC dan tahapan kedua adalah masa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Ini harus dibedakan benar-benar karena dari pelajaran sejarah yang kita dapatkan sejak SD, kita mendapat kesan seakan kita dijajah oleh Belanda selama 350 tahun.
Padahal VOC itu walaupun adalah perusahaan Belanda, merupkan perusahaan multi nasional pertama di dunia yang sumberdaya manusianya tidak hanya orang Belanda.
Bahkan kapal-kapalnya dibuat di luar Belanda. Selain itu Pemerintahan Negara colonial yang dimulai sejak bangkrutnya VOC pada tahun 1799, pernah terputus oleh penjajahan Inggris selama kurang lebih 5 tahun.
Jadi apakah kita benar dijajah selama 350 tahun, masih bisa dipertanyakan, tergantung apa definisi kita tentang penjajahan.
Dalam tahapan pertama penjajahan bangsa Eropa yaitu pada masa VOC, para pemimpin untuk setiap pos VOC disebut Opperhoofd.
Mereka memimpin benteng, kota, atau post VOC di berbagai tempat mulai dari Tanjung Harapan di Afrika sampai Ambon, Mulai dari Desima di Jepang, Taiwan, sampai Rote atau Kupang.
Semuanya berada di bawah Gubernur Jendral VOC di Batavia. Opperhoofd pertama di benteng Concordia Kupang mulai menjabat tahun 1655 yaitu Opperhoofd Jacob Verheyden.
Sejak tahun 1655 silih berganti Opperhoofd menjabat di Kupang dan sampai dengan tahun 1810 telah ada 38 orang Belanda yang menduduki jabatan Opperhoofd (J.D.V. Alderwerelt, 224).